Know You Ever with Noi Aswari

Kerap dipercayakan oleh berbagai brand dan publik sebagai seorang influencer, Noi Aswari ternyata tidak pernah dengan sengaja berkecimpung di “profesi” tersebut. Saat berbincang secara virtual dengan Everlash, ia pun bercerita mengenai passion sesungguhnya yang saat ini ia geluti. Seorang dentist.
Ia juga bercerita kepada Everlash mengenai berharganya keluarga dalam kehidupannya. Masa pandemi ini mengajarkan banyak hal baginya secara pribadi. Bahwa untuk menjadi cantik dan bahagia, sesungguhnya tidak diperlukan banyak ornamen dalam hidup.
Melanjutkan campaign #KnowYourEver oleh Everlash, kami mengurasi sejumlah profil inspiratif yang kebanyakan merupakan klien terdekat kami. Mereka bercerita mengenai tujuan hidup serta passio_n mereka. Atau, yang di konteks ini kita sebut dengan istilah **"Ever"**._
_Do you_ #KnowYourEver just like them? Berikut versi Noi Aswari.

· Tell us about yourself.
Saya Noi Aswari. Saat ini saya berprofesi sebagai seorang dentist.
· Can you tell us more about your profession as a dentist.
Saya memiliki sebuah klinik dental bersama dengan tiga teman yang merupakan satu almamate rdengan saya di bangku kuliah. Nama kliniknya adalah Tawa Studio, berlokasi di kawasan Pondok Indah. Ke depannya, Tawa Studio juga berencana untuk menjadi klinik aestetik.
· How did you come up with the brand name?
Misi kami adalahmemberikan tawa. Itulah yang menjadi alasan utama di balik pemilihan nama Tawa Dental sendiri. Kembali lagi, fungsi gigi bukan hanya untuk makan ataupun berbicara. Tetapi juga untuk tersenyum dan menunjang penampilan. Kami ingin membantu orang-orang untuk lebih percaya diri saat tersenyum.
Tawa Studio dibuka tepat di tahun kemarin. Akan tetapi dikarenakan pandemi, pembukaannya mundur. Seharusnya buka di bulan Maret, mundur menjadi Juli 2020. Selama itu, saya dan tim kembali belajar dan membekali diri dengan protokol kemamanan dari PDGI, singkatan dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia.
· What are the biggest challenges for your business during pandemic?
Awalnya jujur saya pikir tidak akan ada orang yang datang. Karena saya mikirnya saya sendiri saja takut ke dokter gigi. Tetapi kita sangat firm dengan protokol kesehatan di Tawa. Seperti misalnya, sebelum masuk wajib cuci tangan, menggunakan hand sanitizer, kemudian pasien dan dokter juga mengenakan APD. Dan ruangan kita memang privat hanya untuk satu pasien. Satu dental unit per satu pasien. Jadi sangat meminimalisir interaksi antara pasien satu dengan pasien lain.
Karena saat di dental terutama ketika proses cleaning dan scaling, pasti ada _aerosol_nya dimana sisa-sisa udara kemungkinan masih ada virus tersisa. Jadi setiap ruangan yang dipakai, dibiarkan dulu selama satu jam untuk proses sterilisasi dan pintu dibiarkan terbuka.
Untuk semua bisnis it’s not what we hope right now. Tetapi buat pandemi menurut aku not bad at all! Kembali lagi, saya sendiri juga sangat precautious. Selama pandemi hanya di rumah saja dan sesekali ke klinik. Setiap ketemu orang tua, teman atau siapapun juga pasti saya swab terlebih dulu. Jadi yang kenal saya otomatis pasti percaya. Akhirnya dari word of mouth, Tawa Dental tetap berjalan. Saya juga tetap positive thinking.
· Which do you prefer being called; a dentist or an influencer?
A dentist. Kalau influencer, saya tidak pernah dengan sengaja kecemplung di dunia itu. Instagram saya juga sebenarnya lebih personal ke daily life. Cuma mungkin karena followers-nya cukup banyak, akhirnya ada kepercayaan dari sejumlah brand, which saya sangat bersyukur.
Kalau kalau dibilang meng-_influence in a good way,_tidak apa-apa juga. Saya lebih fleksibel kali ya.. Karena kalau dibilang influencer, reviews banget juga tidak pernah. I never trying hard to do that. Apalagi bekerja mikirin konten. Jadi sejalan saja, kalau ada waktu luang foto ya ayuk. Kebetulan aku juga suka foto. Selama itu adalah sesuatu yang aku suka dan sesuai dengan kepribadian ya why not. Asal efeknya positif. Soalnya kadang-kadang IG-ku kalau dilihat juga tidak post apa-apa. Haha.
Basically yang aku lakukan just sharing what I think akan berguna buat orang lain juga. Tidak hanya product. Seperti my daily life, how I have a relationship with my family, atau ajaran dari papa yang menurutku it’s good thing to share.
· Has it been your childhood dream to be a dentist?
Dari dulu sampai SMA saya ingin jadi guru TK, suka anak kecil soalnya. Semakin besar saat masu kuliah malahan ingin jadi psikolog. Akhirnya saya memutuskan jadi dokter gigi. Saya bisa ambil course di luar negeri,tetapi juga punya cukup waktu untuk melakukan hal lainnya.
Dulu saat masih pacaran sama suamiku, dia pemikirannya sangat businessman. Sementara dulu saya pemikirannya masih dokter banget. Dimana pemikirannya “ok, lulus kuliah kemudian buka praktek sudah cukup. Atau praktek di klinik orang.” Tetapi dengan pemikirannya, my husband helps me with my dream and make it bigger.
.jpeg)
· What’s the best thing about being a wife?
Saya tuh kakak. Saya seorang anak sulung. Waktu kecil my parents divorce. When I was five and a half, I lived with my dad and my sisters lived with my mom. Sedari kecil, saya jadi lumayan banyak mengurus diri sendiri. And as an older sister, saya juga banyak mengurus adik-adik saya. Sehingga cara menyayangiku adalah the act of service.
Dan hal yang paling menyenangkan dari menjadi seorang istri adalah ‘ngurusin’ suami. Mungkin menurut orang “hah lo suka ngurusin haha”, cuma itulah cara sayang saya untuk suami dan orang-orang terdekat. Misalnya bangun lebih pagi dari suami, nyiapin baju, nyiapin sarapan dan kopi. Sebenarnya hal-hal kecil. Atau pulang lebih cepat. Saya juga belajar dari mama, menjadi istri kalau bisa balik lebih cepat dari suami. Biar saat suami pulang lihat kita juga senang.
At the end of the day, apalagi setelah pandemi yang paling penting pada akhirnya adalah keluarga. Who we spend our lives with. Jadi saya inginnya fokus sama yang penting-penting saja saat ini.
· What is the meaning of ‘beauty’ to you?
"For me, beauty from within. Karena menurut aku cantik itu luas. Tidak cuma cantik dari luar."
Maksudku sekarangada banyak sekali posedur kecantikan. Ada Instagram filter, botox, filler, dan lain sebagainya. Tapi kalau something from the heart, seperti hati dan _vibes s_eseorang itu from within. Menurut aku, hatinya haru scantik dulu. Belajar lebih menerima diri sendiri, termasuk kekurangan. Which something that I learnt juga. And not to comparing ourselves with other people. Setiap dari kita pasti ada bagiannya kok. Kalau kita membandingkan diri kita terus dengan orang lain rasanya akan capek banget ya. Jadi saya lebih fokus untuk jadi the best version of myself.
Di masa pandemi, kita juga banyak belajar bahwa tidak perlu banyak ornamen dalam hidup untuk merasa bahagia. Kalau dulu kita terlalu banyak distraction, sekarang jadi lebih fokus.
· What do you usually do when you’re not working?
I like work out. I like pilates and yoga. Dan sebenarnya dari kecil saya suka menyanyi. Sempat kursus menyanyi juga, cuma karena pandemi lagi stop dulu. Ah saya juga suka masak. Lumayan saat pandemi banyak belajar. Banyak yang bisa kita eksplor dari diri kita. Dulu saya suka scrapbooking juga, cuma kalau sekarang sudah tidak ada waktu.
· What is your favourite song lyric?
Hmm apa ya.. Ah! ada satu agu dari Utha Likumahuwa, judulnya ‘Esok Kan Masih Ada’. Mengapa air mata selalu ada di pipimu. Hai nona manis biarkanlah bumi berputar menurut kehendak Yang Kuasa.. (Noi singing)
Mengingatkan bahwa hidup adalah perjalanan, setiap prosesnya harus dijalani. Kadang-kadang apa yang tidak enak sekarang, ujungnya menjadi proses pendewasaan. Jadi ya percaya saja at the end of the day there’s always silver lining. Walaupun saat ini belum terlihat, tetapi ‘esok kan masih ada’.
· Describe your personal style in three words.
Effortless, comfort, moody.
Hi I’m Noi Aswari, I encourage you to #KnowYourEver!
Words & interview by Ria Iskandar